Profil Pesantren Muhammadiyah Al-Furqon

1. Sejarah Berdiri

Bermula dari keinginan untuk mengadakan pengajian pemuda yang diprakarsai oleh H. Andi Natamiharja. Ide tersebut mendapat sambutan hangat dari masyarakat kampung pabrik dan pemerintahan setempat, maka dibentuklah Majlis Taklim dengan pengurus yang terdiri dari: H. Andi, H. Maman, H. Aa Jauhari dan pengajian rutin pun berlangsung di Madrasah Nurul Huda.

Banyak cobaan yang datang dengan berjalannya pengajian tersebut, diantaranya sebuah fitnah yang pada akhirnya pengajian pun tidak bisa dilakukan kembali di tempat tersebut dan berpindah ke garasi H. Andi. Para penggagas tidak putus asa dan menyerah, dengan bekerja sama dengan berbagai pihak akhirnya membangun sebuah masjid, ia bernama Masjid Al-Furqon.

Berbagai kegiatan keislaman mulai dilakukan dan berkembang di masjid Al-Furqon diantaranya pengajian, dan pengajaran mengaji untuk masyarakat sekitar. Dari sana tercetuslah gagasan untuk mendirikan TK Iqra. TK Iqra pun terbentuk dan telah berhasil mewisuda beberapa anak didiknya.

Termotivasi oleh beberapa orang tua, pemuka masyarakat dan pengurus Muhammadiyah Daerah Tasikmalaya juga wasiat KH. Omo Sukatmo (Alm) akan perlunya suatu wadah untuk kaderisasi ulama dan persyarikatan maka tercetuslah niat untuk membangun sebuah Lembaga Pondok Pesantren.

Berbekal niat baik itu, keluarga H. Andi berhasil membangun fasilitas ruang belajar sebanyak 2 kelas, ruang asrama 2 kelas, masjid dan rumah untuk Pembina di atas tanah seluas 56 Bata. Setelah beberapa fasilitas itu terwujud, maka H. T. Supriady diminta untuk mewakili keluarga H. Andi dan segenap pengurus Al-Furqon untuk bernegosiasi dengan Anggota PDM Tasikmalaya mengenai rencana pembangunan Pondok Pesantren AL-FURQON.

Pembicaraan awal perihal keinginan mendirikan pesantren Al-Furqan Singaparna disampaikan oleh Drs. H.T. Supriady kepada Drs. H. Uun Harun selaku ketua PDM Tasikmalaya di Kampus Muhammadiyah Jl. RSU 29 Tasikmalaya.

Sekitar bulan Februari 1992, Drs. H.T. Supriady (Alm.) dan H. Maman mendatangi Drs. Faqih Zainuddin di Lahan yang akan didirikan Pesantren Amanah Muhammadiyah yang pada waktu itu masih berupa fondasi bangunan pesantren.

Pada pertemuan tersebut H. Maman dan H. T. Supriady (Alm.) menyampaikan pertimbangan dan ajakan kepada Drs. Faqih Zainuddin untuk mendirikan Pesantren Al Furqon Singaparna, dengan pertimbangan bahwa di lokasi yang akan didirikan pesantren Al Furqon telah tersedia bangunan berupa: mesjid dengan nama Al Furqon, 1 rumah untuk pembina dan 3 ruang untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Luas Tanah 1400 m². Batas utara: Ibu H. Mimin / Ibu H. Emun. Selatan: Ibu Hj. Resmi / Uwon / Uri. Timur: H. Maman Suparman. Barat: Bapak Oyad.

Sebulan kemudian, tepatnya pada bulan Maret 1992, PDM Tasikmalaya mengirim utusan untuk bertemu H. Maman dan H. Andi (Alm.) di kediaman H. Andi (Alm.). Keempat utusan itu: Drs. H. Uun Harun sebagai ketua PDM, Didi Sahrojah sebagai Sekretaris PDM, H. Baehaqi, B.Sc selaku Ketua Majelis Dikdasmen, dan Drs. Faqih Zainuddin sebagai Ketua Majelis Tabligh PDM.

Pada pertemuan tersebut dibahas rencana terkait dengan pendirian Pesantren Al Furqon Singaparna. H. Andi (Alm.) dan H. Maman sebagai pihak muwakif mempertegas keinginan pihak muwakif untuk mendirikan Pesantren Al Furqon dengan menyampaikan Fasilitas yang sudah dimiliki oleh pihak muwakif dan menyatakan bersedia mewakafkan sepenuhnya fasilitas tersebut kepada persyarikatan Muhammadiyah.

Pihak muwakif memberikan pernyataan lanjutan bahwa proses wakaf akan diproses seiring berjalannya proses pendidikan di pesantren Al Furqon dan mensyaratkan wakaf akan terjadi apabila pada tahun ajaran 1992-1993 Pesantren Al Furqon bisa menjalankan operasional pendidikan, maka proses wakaf akan segera dilakukan dan apabila tidak tercapai, menurut wakif akan diserahkan kepada pihak lain untuk mengelolanya.

Persyaratan tersebut ditanggapi dengan kesediaan pihak PDM Tasikmalaya untuk segera menjalankan operasional pendidikan Pesantren Al Furqon di tahun pelajaran 1992-1993 dengan segera melakukan persiapan-persiapan termasuk penyusunan kurikulum pesantren Al Furqon.

Sebagai bagian dari persiapan pendirian pesantren, penyusunan kurikulum dikerjakan oleh 4 orang tim penyusun terdiri dari: Drs. H. Faqih Zainuddin, Ubad Badruddin, Endang Sulaeman, dan Arip Somantri bertempat di Jl. Sambongjaya No. 101 yang merupakan kediaman Drs. H. Faqih Zainuddin. Persiapan tersebut dilaksanakan selama 4 bulan lamanya.

Setelah persiapan selesai, tim penyusun kemudian menyepakati dan mengajukan nama K.H. Taofiq Ali Daud (Alm.) kepada PDM Tasikmalaya untuk ditunjuk sebagai pimpinan Pesantren, dan usulan tersebut disetujui oleh Ketua PDM Tasikmalaya. Dan Pada tahun ajaran baru 1992-1993, Juni 1992 pesantren Al Furqon mulai beroperasi dan menjalankan kegiatan belajar mengajar. Haflah Peresmian dilakukan oleh PWM Jabar (Pa Masduki) pada hari Rabu, tanggal 2 Desember 1992M / 5 J. Tsaniah 1413H.

Santri perdana sebanyak 34 orang. 19 orang putra dan 15 orang putri. Untuk kegiatan bimbingan harian santri putra dipercayakan kepada 4 orang pembina yaitu Arip Somantri, Nanang Hikmat, Suyudi, dan Abdul Muhaimin. Sedangkan untuk santri putri dipercayakan kepada 2 orang pembina, yaitu Rahmi Suminar, dan Sunarti.

Selaras dengan perjalanan waktu keluarga Drs. H. T. Supriady juga turut mewakafkan tanah kepada PDM Kota Tasikmalaya untuk pengembangan pesantren Al-Furqon. Pengembangan areal komplek pesantren dan pembangunan sarana fisik bangunan selanjutnya adalah hasil uang infak tanah dan bangunan dari orang tua santri.

2. Pesantren Masa Kini

Kini di usianya yang menginjak ke 31 tahun, Pesantren Al-Furqon telah mengalami banyak perkembangan baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Jumlah santri sampai saat ini berjumlah ± 556 orang, yang terdiri dari 259 orang santri putra dan 297 orang santri putri. Dalam kegiatan Pembinaan dan Pengasuhan di Pesantren mereka dibimbing dan dibersamai oleh ± 43 orang Pembina, yang terdiri dari 20 orang Pembina Putra dan 23 orang Pembina Putri.

Untuk menunjang kegiatan Lembaga terus membangun beberapa fasilitas baru diantaranya: Ruang Kelas, Asrama Putri, Aula Serba Guna, Laboratorium Komputer, Laboratorium IPA, Dapur Umum, Fasilitas Kebersihan, Fasilitas Olah Raga, Taman Terbuka, Public Space, Ruang Walikelas, Asrama Pembina, Ruang BK, Ruang IPM (red. Osis), dan yang sedang berjalan adalah Pembangunan Masjid Putri Siti Walidah.

Sampai saat ini Pesantren Muhammadiyah Al-Furqon setidaknya sudah meluluskan 25 angkatan alumni. Mereka menyebar di Masyarakat dengan profesi yang beragam mulai dari Guru, Akademisi, Ahli Agama, Ahli Kesehatan, PNS, Atlet, Usahawan, Tentara, Polisi, dan berbagai profesi lainnya. Mereka yang baru lulus bisa melanjutkan pendidikannya ke berbagai Perguruan Tinggi, baik di dalam maupun di luar negeri.

Sebagai bentuk penghargaan dan dukungan kepada Alumni, beberapa dari mereka yang telah menyelesaikan pendidikannya kami rekrut Kembali untuk menjadi tenaga Pembina, Pengajar, atau staf lainnya di Pesantren. Selain itu, Kami juga menempatkan beberapa dari mereka untuk mengajar / membina di Pesantren / Lembaga lain yang secara resmi telah melayangkan Surat Permintaan bantuan Pembina dari Lembaga Kami.

Dalam bidang Tablig dan Dakwah, kami bekerjasama dengan Majelis Tabligh PDM Kabupaten Tasikmalaya untuk memberi ruang kepada para alumni / asatidz senior agar mengisi jadwal pengajian di beberapa majlis ta'lim yang ada di lingkungan Kabupaten Tasikmalaya. Dengan demikian apa yang menjadi cita-cita awal pendirian Pesantren untuk menyiapkan kader-kader ulama dan muballigh mudah-mudahan bisa terwujud.

3. Riwayat Pendidikan Pendiri / Pimpinan Pesantren

KH. Taufik Ali adalah putra dari pasangan suami istri Ajengan Huzaimi dan Ibu Maunah. Lahir di Desa Rawa, Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 1922. Sedari kecil beliau sudah lekat dengan lingkungan pesantren dan belajar agama dari seorang ustadz di daerah Rawa bernama KH. Iping.

Menjelang usia remaja, beliau pergi belajar agama ke Pesantren Cilenga yang dulu masih masuk kecamatan Singaparna, dengan kiyainya yang sangat terkenal yaitu KH. Syabandi atau yang lebih terkenal dengan sebutan Mama Cilenga. Beliau juga merupakan guru dari pendiri Pesantren Cipasung KH. Ruhiyat dan KH. Zaenal Musthofa pendiri Pesantren Sukamanah.

Setelah menimba ilmu disana selama beberapa tahun, beliau lalu kembali ke daerah asalnya, Rawa, dan kembali melanjutkan belajar kepada guru yang telah mengajarinya di masa kecil, KH. Iping Zaenal Abidin di pesantren Muallimin. Secara formal pesantren inilah yang menjadi tempat belajar terakhir beliau sebelum akhirnya disarankan oleh gurunya untuk berdakwah di daerah tasikmalaya.

Pada awalnya Kh. Taufik Ali muda menolak saran dari gurunya itu, karena beliau bercita-cita untuk menjadi Tentara. Namun setelah ber-istikharah akhirnya beliau pun melaksanakan apa yang disarankan gurunya itu, dan beliau pun pergi ke tasik sembari mendatangi beberapa Kiyai di pesantren yang dilewatinya. Sesampainya di tasik beliau bertemu dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah, dan beliaupun ditempatkan di Panti Asuhan Muhammadiyah sebagai pengurus, sekaligus diminta untuk mengajar di SMP Muhammadiyah yang ada di Jalan Sutisna Senjaya.

Pada sekitar tahun 1948 sampai dengan 1960 beliau kembali ke Singaparna dan merintis sekolah baru yaitu PGA (Pendidikan Guru Agama) Muhammadiyah yg berlokasi di samping Gedung Dakwah Singaparna pada saat itu. Setelah menemukan lokasi yang lebih baik, maka sekolah tersebut berpindah lokasi ke daerah Cikedokan (±1 Km dari lokasi sebelumnya).

Pada Tahun 1975 sampai dengan 1990 beliau dipercaya oleh warga Muhammadiyah untuk menjadi Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Tasikmalaya. Pada saat yang bersamaan beliau juga dipercaya untuk menjadi anggota Majelis Tarjih Jawa barat Bersama-sama dengan KH. Iping, KH. Hambali dan KH. Omo.

Di tahun 1990 beliau dipertemukan dengan seorang Pengusaha yang juga warga Muhammadiyah bernama H. Andi Natamiharja, pengusaha asal Garut yang merantau ke Singaparna. Beliau adalah seorang yang mempunyai motivasi dan semangat yang luar biasa dalam belajar agama. Selama tinggal di singaparna beliau bersama putra-putrinya sudah merintis beberapa kegiatan keagamaan seperti kegiatan Pengajian Pemuda, dan TK IQRA, dimana kegiatannya dilaksanakan di masjid yang mereka dirikan Bernama Mesjid Al-Furqon, di kampung Pabrik desa Singasari kecamatan Singaparna.

Melihat adanya kelangkaan Muballig di lingkungan Muhammadiyah, tergeraklah keinginan beliau untuk membentuk sebuah pesantren yang bisa mencetak kader-kader ulama, muballig yang bisa meregenerasi para ulama dan muballig yang dirasa sudah semakin langka. Untuk mewujudkan hal itu tentu diperlukan seorang tokoh Ulama yang bisa memimpin. Maka atas saran dan masukan dari beberapa jamaah pengajian yang juga anggota Muhammadiyah beliau pun pada akhirnya menemui KH. Taufik Ali untuk mewakafkan tanah yang didalamnya sudah dibangun beberapa ruang untuk kelas dan asrama, beserta Mesjid Al-Furqon, untuk dijadikan Pondok Pesantren.

Setelah melakukan beberapa proses selama beberapa bulan akhirnya beliau pun diberi mandat oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyh Kabupaten Tasikmalaya untuk menjadi Pimpinan Pesantren Muhammadiyah Al-Furqon pada tahun 1992. Beliau bertugas selama 7 tahun dan wafat pada tahun 1998 di usia 78 tahun.